Sunday, May 13, 2007

Nikmat Menangis

Pada tanggal 8-10 Pebruari kemarin, saya mengikuti sebuah training Leadership di Jakarta. Awalnya enggan mengikutinya, tapi berkat rayuan teman-temanku yang ampuh, maka akhirnya aku ikut juga training tersebut. Hari pertama masih terasa biasa saja, karena berlum banyak yang ku kenal. Hari kedua mulai mengasikkan walau otakku harus bekerja keras, karena sesi ini, memaksaku untuk berpikir tentang bintang terangku dan langkah-langkah yang harus ditempuh menuju bintang terang itu. Hari ketiga inilah yang membuatku tergugah menuliskan tulisan ini.

Tetapi pada awal pelatihan pun aku tertarik pada seseorang yang menjadi teman, sahabat dan sekaligus keluarga dalam kelompokku selama pelatihan berlangsung. Dia adalah seorang laki-laki berusia 30 an, dia seorang nasrani, dia bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Ketertarikanku pada teman ini adalah, cita-cita hidupnya yang ku dengar sejak awal pelatihan sampai sesi pertama di hari terakhir pelatihan adalah, mati di usia 40 dengan cara kapal yang ditumpanginya meledak. Tidak hanya itu, setiap materi yang disampaikan trainer dan diskusi yang dilakukan dengan kelompok, pasti akan dimentahkan oleh beliau ini. Kadang aku pun di buat gemas, menghadapi sikap dan cara pandangnya. Dia merasa hidupnya tidak ada artinya. Dia sosok yang penuh kekecewaan. Sungguh unik dan nyentrik.

Keunikan dan kenyentrikan sahabat ini yang lainnya adalah, ketika para peserta sebagian besar menangis karena materi yang disampaikan trainer mampu menyentuh hati, beliau malah keheranan dan merasa iri kepada para peserta lain kenapa saya tidak bisa menangis yang lainnya. Wah, sangat menggemaskan, untunglah ada kawanku yang lain yang juga sekelompok menyabarkanku.

Ketika hampir semua sesi di lalui, tibalah pada sesi dimana saya dan teman-teman diminta membentuk lingkaran, dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa, agar bintang terang yang yang kami punya dikabulkan dan jalannya di mudahkan. Satu per satu kami berdoa, dan tiba pada giliran beliau. Dan tanpa di duga, dia menangis, badannya bergetar hebat, dan kalimatnya terbata-bata. Luar biasa, Maha Suci Allah, dia menangis tersedu-sedu, dalam tangisnya dia menyampaikan perasaan bersalahnya karena telah meninggalkan Tuhannya selama 33 tahun, sahabat ini amat berbahagia ketika dia dapat mengeluarkan tetes demi tetes air matanya, setelah sekian lama kemampuan menangisnya Tuhan hentikan dan membuat hatinya menjadi beku. Dan sudah pasti, semua anggota di kelompok kami, terharu dan aku pun ikut meneteskan air mata. Pemandangan yang indah dan penuh dengan nikmat bagiku, bagi sahabat dan teman-teman yang lain diberi rizki menangis.

Sahabat, menangislah engkau ketika Tuhan masih memberikan nikmat menangis itu. Menangislah engkau mensyukuri semua pemberian-Nya. Menangislah engkau karena rasa takutmu akan semua kesalahanmu yang telah engkau lakukan sengaja atau tidak sengaja. Menangislah engkau agar hatimu terus melembut. Menangislah engkau agar engkau tahu bahwa kau hanyalah seorang hamba atas Sang Maha Kuasa.

Dan berbahagialah, jika kau menangis karena Tuhanmu ..


Bogor, 11 Pebruari 2007

No comments: