Monday, November 30, 2009

Tuesday, October 13, 2009

Azzam Naik Angkot


Ketiadaan pembantu memang benar "merepotkan" ku, dengan kondisiku yang juga bekerja di luar, Subhanallah.. harus extra sabar, tenaga, dan tawakkal.
Senin kemaren, pekerjaan rumah masih juga belum beres, setumpuk baju yang mesti disetrika, menyita dan tenagaku dari minggu malam, alhasil aku bangun dengan kelelahan. Karena lelah ini, aku tidak bisa bangun dengan segar, dan akhirnya baringan sebentar di tempat tidurku yang empuk itu.

Sambil memeluk guling, tiba-tiba aku terbangun kaget, walah sudah jam 6 pagi (setelah shubuh benar-benar menikmati waktu untuk istirahat), dan aku mulai berjibaku lagi dengan pekerjaan rumah, mulai beres-beres, menyiapkan bekal anak-anak, menyiapkan keperluan sekolah mereka, memasak, de el el lah. Sehingga asyiknya menikmati pekerjaan rumah, sampai aku tidak bisa mengantar Azzam ke sekolahnya dan waktu masuk sekolah sudah tiba menjelang. Akhirnya, aku tarik Azzam yang telah rapih berpakaian seragam ke kamarku.

" Azzam, ummi mau minta tolong, boleh ga?" tanyaku

" Minta tolong apa, Mi?" balasnya

" Ummi ga bisa anter Azzam ke sekolah, kalau Azzam naik angkot ke sekolah sendirian, mau ga?" tanyaku lagi.

" Mau, mau, Mi." jawabnya semangat

" Tapi Azzam tahu ga caranya kalau berhenti dan turun dari angkot?" tanyaku

" Pak, berhenti depan!. Gitu kan, Mi?" paparnya

" Azzam tahu kan berhenti di mana?" kembali aku menanyakan

" Iya, tahu. Di Khoiru Ummah" (nama sekolah Azzam). jelasnya lagi padaku.

" Ya, udah. Ini uang dua ribu rupiah, buat ongkos. Azzam kasih aja seribu rupiah, Azzam kan masih anak SD. Hati -hati ya. Jangan melamun, jangan ngantuk, nanti kelewatan. Jangan mau diajak-ajak orang yang tidak dikenal ya. Oke? tegasku sambil harap-harap cemas.

" Baiklah, Mi." jawabnya.

Lalu, setelah dia memakai sepatunya, seteal mengucap salam, bergegas dia berangkat dan aku kembali berjibaku dengan pekerjaan rumahku, kali ini menyiapkan Rifa untuk segera berangkat dan mengantarkan ke sekolahnya.
Setengah jam kemudian, pas pukul delapan, aku dan Rifa sudah siap berangkat ke tempat tujuan masing-masing. Tiba- tiba aku teringat Azzam, waduh semoga dia sampai disekolah. Lalu aku mulai panik, menelpon ke HP gurunya, tapi tidak diangkat-angkat. Mulai aku menelpon dan SMS suamiku yang sedang di Padang, minta bantuan untuk menelpon ke sekolahnya. Wuiih, aku semakin cemas, ketika mamaku menelpon aku dan ikut-ikutan panik juga dan suamiku tidak berhasil dapat kabar tentang Azzam

Semua menjadi panik karena Azzam belum 7 tahun usianya, belum pernah naik angkot sendiri. Dan hari Senin itu, adalah pertama kalinya naik angkot sendirian. Ditengah kepanikanku, aku hany bisa berdoa agar Allah melindungi Azzam. Setelah shalat dzuhur, tiba-tiba HP ku berbunyi, dan mamaku memberikan info, bahwa Azzam sudah tiba di sekolah dengan selamat. Mamaku menjelaskan pada gurunya bahwa hari itu Azzam naik angkot sendirian. Dan gurunya memuji Azzam atas kemandiriannya.

Alhamdulillah, yang terpenting Azzam selamat. Senang, bangga dan sekaligus sedih. Senang dan bangga, anak-anakku adalah anak-anak yang hebat. Sedih, karena aku terpaksa mengajari kemandirian sejak dini. Semoga Allah mengampuni kekuranganku dalam menjalankan kewajibanku sebagai Ibu. Dan untuk anak-anak Ummi, Ummi bangga pada kalian. ^_^

Thursday, October 8, 2009

Susu Ibu Hamil ^_^

Cerita lucu lagi dari Muhammad Azzam Rafiudin, anak saya yang satu ini memang lebih banyak berceloteh dari pada adeknya, Arifa Annasmah. Mengikuti gen Umminya, Azzam lebih suka bercerita (hi hi hi) dan mengungkapkan apa saja yang ada dibenak dan hatinya pada orang-orang disekitarnya.

Azzam dan Rifa, usia mereka hanya terpaut satu tahun, jadi saya seperti mempunyai dua anak kembar, sehingga mereka lebih seperti sahabat sepermainan. Entah mengapa, akhir-akhir ini, Azzam mulai menginginkan adek bayi hadir dalam keluarga kami. Mungkin karena dia ingin ada makhluk kecil yang lucu yang bisa dimanja lagi olehnya. Sebegitu besar keinginannya sehinggan dia mengusulkan umminya untuk minum susu ibu hamil.

" Mi, nanti kalau ke Ada (salah satu supermarket di kota Bogor), ummi beli susu hamil ya?" pintanya

" Buat apa, emangnya? tanyaku

" Iya, kalau nanti ummi minum susu hamil, ummi kan jadi hamil, terus nanti melahirkan, kita punya ade bayi mi!!!" jawab Azzam sekenanya.

He he he, aku cuma tertawa mendengarkan jawabannya. Aku hanya mengusap kepalanya, seraya memintanya untuk menyampaikan keinginannya pada Abinya yang ganteng itu. Beginilah anak korban iklan.

Well, suamiku... gimana nih?

* kedip-kedip mata mode on*

Makanan ini cocok saat pagi atau sore hari, atau sewaktu musim hujan. Bisa dimakan bareng dengan cabe rawit atau saos sambal. Minumannya teh manis panas atau wedang jahe. Selamat mencoba

BAHAN :
* 20 lembar kulit lumpia
* 300 gram tahu putih, cincang kasar
* 2 butir telur, kocok lepas
* 1 batang daun bawang, iris halus
* 1 butir putih telur untuk perekat
* 3 siung bawang putih haluskan
* 1/2 sendok teh lada bubuk
* 1/2 sendok teh garam
* minyak goreng secukupnya

CARA MEMBUAT
* aduk telur, tahu, daun bawang, bawang putih, lada bubuk dan garam hingga rata
* Isikan ke kulit lumpia, lipat dan lem ujungnya
* Goreng dalam minyak panas hingga matang dan renyah, angkat
* Hidangkan

Untuk 20 buah

Nikmat Allah terselip di kegiatan Peduli Dhuafa...

Ramadhan yang baru saja kita lewati sebulan yang lalu... meninggalkan jejak indah dalam hati saya. Tiap tahunnya, saat bulan Ramadhan, kantor tempat saya bekerja, rutin melakukan kegiatan Gerakan Peduli Dhuafa. Kegiatan yang membagi-bagikan paket sembako dan uang tunai pada kaum Dhuafa. Kebetulan saya diamanahi menjadi panitia dlm kegiatan tersebut. Tugas saya, mengkalkulasi jumlah produk sembako dan paket yang sudah jadi, membuat formulasi paket, menerima permintaan distributor dhuafa, juga terjun langsung membungkus paket2 itu.

Pekerjaan yang mudah, tapi harus extra sabar, karena saya dan kawan-kawan mengerjakan pada kondisi shaum. Setelah dzuhur, kami berjibaku dengan dus2, plastik, dan lain-lain untuk menghasilkan paket-paket itu. Stress melanda ketika permintaan distributor banyak, sedang jumlah paket tidak memenuhi quota permintaan. Tapi alhamdulillah,pada akhir menjelang syawal, akhirnya semua bisa terpenuhi, bahkan berlebih dalam hal dana.

"Kerepotan" menjalani kegiatan ini membuat saya menjadi berpikir tentang kemurahan Allah. Saya hanya menganalogikan dengan sederhana, komponen-komponen yang saya temui dalam kegiatan tersebut. Jika, dhuafa diumpamakan sebagai manusia-manusia yang akan diberi rizki, jumlah permintaan paket adalah doa-doa yang diminta manusia, sedang saya dan teman-teman sebagai penerima doa dan yang memberi rizki.

Luar Biasa, dalam perumpamaan manusia yang lemah dan terbatas ini, sungguh tidak akan sanggup. Begitu tidak terbatasnya Allah, yang selalu mendengarkan doa-doa kita, memberikan kita rizki yang tidak terputus, tidak pernah lelah dan bosan menghadapi makhluk-Nya. Bahkan ketika kita semakin mendekat pada-Nya, Dia lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. SUBHANALLAH, ALHAMDULILLAH, ALLAHU AKBAR.

Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Tuesday, October 6, 2009

Sarapan pagi dari kakak Azzam

Sudah dua minggu ini, aku tidak dibantu lagi oleh pembantu. Walhasil, yah lumayan lah extra kerja yang cukup membuatku pegal-pegal dan ngantuk. Karena sebelumnya aku dan anak-anak sudah "ditraining" selama dua bulan tidak ada pembantu, maka beberapa urusan anak-anak sudah bisa terhandle dengan baik, seperti mandi sendiri, merapihkan tempat tidur, menyapu, kadang ikut membantu umminya ngepel (untuk yang satu ini saya biarkan saja keinginan sang kakak untuk main air, ^_^).

Yang terbaru, dan tidak kuduga, sebuah kejutan kecil yang menyenangkan, Kakak Azzam sudah bisa menyiapkan sarapannya sendiri plus membuatkan sarapan untuk adek dan Umminya. Sarapan Roti isi selai coklat dan meses, yang dibuat dengan kesungguhan ingin menyenangkan ummi dan adeknya. Biarlah berantakan sana-sini, tapi kakak Azzam merasa senang membuat orang-orang yang dicintainya bisa menikmati pelayanannya.

" Mi.. Adek !!!!, ini rotinya udah siap, ayo sarapan!!!. " suara kakak Azzam memanggilku dan adeknya.

Oke, teman.. aku mau menikmati sarapan dari kakak Azzam yang nikmat karena penuh cinta..


pagi-pagi, di rumahku yang teduh...

Ketika Kau mulai melihat Cinta yang lain

Akhir - akhir ini, saya sering mendengar curhat atau ratapan seorang istri yang suaminya mulai "melirik - lirik " yang lain atau bahkan sudah terang-terangan membagi cintanya dengan wanita lain. Responnya beragam, ada yang sabar, ada yang bijak, ada yang marah, ada pula yang mulai bebenah diri, merawat diri, sehingga berharap suaminya hanya menatap dirinya saja.

Hmm.. saya tidak bisa berkomentar jauh, selain mengatakan "SABAR", karena saya bagai dalam sebuah persimpangan jalan, yang berjalan diantaranya. Di lain sisi mereka adalah perempuan, sama seperti saya, pasti akan tersulut cemburu ketika suaminya mulai melihat keindahan yang lain, tapi disisi lain, saya dengan keyakinan saya tentang Poligami, boleh-boleh saja dengan syarat ADIL dan jalan yang ma'ruf, pun mengamini kecenderungan laki-laki yang telah tertera dalam Al-Qur'an berabad-abab tahun yang lalu.

Jadi, saya coba berikan puisi yang dibuat Teh Nia Paramita ( jeng, sorry ya, saya copas , nice poem), semoga bisa meredakan sedikit bara yang ada didadamu, sahabat...



Aku Ridha karena aku istrimu, wahai suamiku --- said Siti Nurbaya to her husband, Datuk Maringgih

Mungkin banyak dosaku bagai pepasir di pantai
Mungkin banyak lalaiku hingga buamu tak santai
Mungkin setumpuk kekuranganku hingga buatmu kesal, dari semangat memarahiku hingga lemas lunglai..

Bila ada wanita yang ingin dicintai sepenuh hatimu,
Itu Aku.
Bila ada wanita yang disayangi dan diajarkan hidup olehmu,
Itu Aku.
Bila ada wanita yang mengerti kerasnya jiwa dan kepribadianmu,
Itu Aku.

Kalau saja esok masih berpihak kepadaku,
Aku ingin tetap cintaimu sampai habis dunia digerus waktu.
Kalau saja esok wanita lain berpihak kepadaku tidak hanya aku,
Aku tetap hormatimu karena cinta ini untuk berpegang pada sunnah rasul sampai darah ini beku.
Kalau saja esok aku kamu tak makan lalu kurus karena kemiskinan dunia dan aku,
Aku tetap semangati suamiku bahwa miskin harta silakan saja, tapi miskin harta, silakan berlalu dari hadapanku dan kamu!!

Jangn takut suamiku
Aku siap berlayar bersamamu...!
Mari angkat sauhmu...!
Berangkat!
Daaag, samsul bahri ..!

Harta terbaik adl lidah yg berzikir,hati yg bersyukur, dan seorang istri yang membantu dalam keimanannya (HR ahmad Tirmidzi dan Imam Ahmad)