Tuesday, October 13, 2009

Azzam Naik Angkot


Ketiadaan pembantu memang benar "merepotkan" ku, dengan kondisiku yang juga bekerja di luar, Subhanallah.. harus extra sabar, tenaga, dan tawakkal.
Senin kemaren, pekerjaan rumah masih juga belum beres, setumpuk baju yang mesti disetrika, menyita dan tenagaku dari minggu malam, alhasil aku bangun dengan kelelahan. Karena lelah ini, aku tidak bisa bangun dengan segar, dan akhirnya baringan sebentar di tempat tidurku yang empuk itu.

Sambil memeluk guling, tiba-tiba aku terbangun kaget, walah sudah jam 6 pagi (setelah shubuh benar-benar menikmati waktu untuk istirahat), dan aku mulai berjibaku lagi dengan pekerjaan rumah, mulai beres-beres, menyiapkan bekal anak-anak, menyiapkan keperluan sekolah mereka, memasak, de el el lah. Sehingga asyiknya menikmati pekerjaan rumah, sampai aku tidak bisa mengantar Azzam ke sekolahnya dan waktu masuk sekolah sudah tiba menjelang. Akhirnya, aku tarik Azzam yang telah rapih berpakaian seragam ke kamarku.

" Azzam, ummi mau minta tolong, boleh ga?" tanyaku

" Minta tolong apa, Mi?" balasnya

" Ummi ga bisa anter Azzam ke sekolah, kalau Azzam naik angkot ke sekolah sendirian, mau ga?" tanyaku lagi.

" Mau, mau, Mi." jawabnya semangat

" Tapi Azzam tahu ga caranya kalau berhenti dan turun dari angkot?" tanyaku

" Pak, berhenti depan!. Gitu kan, Mi?" paparnya

" Azzam tahu kan berhenti di mana?" kembali aku menanyakan

" Iya, tahu. Di Khoiru Ummah" (nama sekolah Azzam). jelasnya lagi padaku.

" Ya, udah. Ini uang dua ribu rupiah, buat ongkos. Azzam kasih aja seribu rupiah, Azzam kan masih anak SD. Hati -hati ya. Jangan melamun, jangan ngantuk, nanti kelewatan. Jangan mau diajak-ajak orang yang tidak dikenal ya. Oke? tegasku sambil harap-harap cemas.

" Baiklah, Mi." jawabnya.

Lalu, setelah dia memakai sepatunya, seteal mengucap salam, bergegas dia berangkat dan aku kembali berjibaku dengan pekerjaan rumahku, kali ini menyiapkan Rifa untuk segera berangkat dan mengantarkan ke sekolahnya.
Setengah jam kemudian, pas pukul delapan, aku dan Rifa sudah siap berangkat ke tempat tujuan masing-masing. Tiba- tiba aku teringat Azzam, waduh semoga dia sampai disekolah. Lalu aku mulai panik, menelpon ke HP gurunya, tapi tidak diangkat-angkat. Mulai aku menelpon dan SMS suamiku yang sedang di Padang, minta bantuan untuk menelpon ke sekolahnya. Wuiih, aku semakin cemas, ketika mamaku menelpon aku dan ikut-ikutan panik juga dan suamiku tidak berhasil dapat kabar tentang Azzam

Semua menjadi panik karena Azzam belum 7 tahun usianya, belum pernah naik angkot sendiri. Dan hari Senin itu, adalah pertama kalinya naik angkot sendirian. Ditengah kepanikanku, aku hany bisa berdoa agar Allah melindungi Azzam. Setelah shalat dzuhur, tiba-tiba HP ku berbunyi, dan mamaku memberikan info, bahwa Azzam sudah tiba di sekolah dengan selamat. Mamaku menjelaskan pada gurunya bahwa hari itu Azzam naik angkot sendirian. Dan gurunya memuji Azzam atas kemandiriannya.

Alhamdulillah, yang terpenting Azzam selamat. Senang, bangga dan sekaligus sedih. Senang dan bangga, anak-anakku adalah anak-anak yang hebat. Sedih, karena aku terpaksa mengajari kemandirian sejak dini. Semoga Allah mengampuni kekuranganku dalam menjalankan kewajibanku sebagai Ibu. Dan untuk anak-anak Ummi, Ummi bangga pada kalian. ^_^

No comments: